watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

SANG PECUNDANG

Aku telah menikah lebih dari 8 tahun, istriku Erni
adalah seorang wanita yang cantik dan
menggairahkan. Semua yang dapat kugambarkan
tentang sosoknya hanyalah, aku tak mungkin bisa
mendapatkan seorang pasangan hidup sebaik dia.
Akhir-akhir ini kesibukanku di kantor membuat
kehidupan rumah tanggaku sedikit tergoncang,
pagi-pagi sekali sudah berangkat dan pulang sudah
larut malam. Erni tak bekerja, dia hanya mengurus
rumah, jadi bisa dikatakan dia sendirian saja di
rumah tanpa teman, tanpa pembantu selama
kutinggal kerja. Tapi terkadang dia pergi keluar
dengan teman-temannya, tapi dia selalu
menghubungiku lewat telepon sebelum pergi.
Hari Rabu, pekerjaanku di kantor selesai lebih awal,
dan ingin pulang dan mengajak Erni keluar untuk
menebus semua waktuku untuknya. Aku
meninggalkan kantor sebelum jam makan siang
dan memberitahukan pada sekretarisku bahwa aku
tidak akan kembali ke kantor lagi hari ini.
Kupacu mobilku secepatnya agar segera sampai di
rumah dan mungkin aku akan mendapatkan
kenikmatan siang hari sebelum kami pergi keluar.
Saat hampir tiba di rumahku, kulihat ada sebuah
mobil yang diparkir di depan. Aku pikir itu mungkin
milik temannya. Aku lalu keluar dari mobil dan
melangkah masuk ke dalam rumah. Kubuka pintu
depan, sengaja aku tak mengeluarkan suara untuk
mengejutkannya.
Di ruang tengah tak kujumpai siapa pun, lalu aku
melangkah ke dapur, tapi tetap tak ada seorang pun
kutemui. Mungkin mereka ada di kamar tidur,
perempuan bisanya berada di sana untuk mencoba
beberapa pakaian barunya. Semakin mendekat ke
pintu kudengar suara, kucoba mencermati
pendengaranku dan mencoba untuk
mendengarkannya dengan seksama.
Ini adalah hari dimana aku berharap seharusnya
berada di kantor saja. Begitu kuintip dari pinggir
pintu yang sedikit terbuka, kusaksikan istriku berada
dalam pelukan lelaki lain, istriku dalam posisi
merangkak dengan batang penis lelaki itu terkubur
dalam lubang anusnya..
"Oh bangsat, lebih keras lagi dong!" perintah istriku.
"Kamu menyukainya kan, jalang, kamu suka
penisku dalam anusmu, iya kan?"
"Oh ya Bud, kamu tahu itu!"
Aku berdiri mematung di sana tanpa mampu
bereaksi, terlalu shock untuk mengatakan atau
melakukan sesuatu dan hanya menyaksikan
pemandangan mengejutkan ini. Istriku, yang aku
bersedia mati untuknya, sedang melakukan anal
seks dengan lelaki ini, sebuah hal yang kuinginkan
tetapi tak pernah mau dia lakukan bersamaku. Dan
sekarang dia melakukannya dengan lelaki ini! Aku
terpaku memandangnya mengayunkan bongkahan
pantatnya yang indah, kepalanya menggantung ke
bawah dan sekujur tubuhnya bermandikan keringat
mengisyaratkan pada lelaki ini agar memberinya
lebih lagi.
Air mata mengaburkan pandanganku dan kedua
kakiku seakan direkat pada lantai membuatku tak
bisa beranjak dari sana dan menyaksikan
keseluruhan peristiwa ini. Serasa hancur hatiku saat
lelaki itu menjambak rambutnya dan menarik
kepalanya ke belakang dan memanggil istriku
dengan sebutan 'jalang', dan memaksakan batang
penisnya masuk ke dalam lubang anus istriku yang
terlihat mengerut. Istriku memohon agar lebih
dalam lagi dan pinggulnya menghantam
berlawanan dengan pinggang lelaki ini.
Dengan tangan kanannya, lelaki itu menjangkau ke
bawah tubuh istriku dan menggenggam
payudaranya yang sekal, menjepit ujung puting
susunya yang kecoklatan dengan keras sekali,
jeritan yang keluar dari bibir istriku menandakan
bahwa dia merasakan kesakitan. Kami tidak pernah
bercinta dengan cara begitu, kami selalu
melakukannya dengan penuh cinta, aku tak pernah
ingin menyakitinya dan aku tak mengerti bagaimana
dia bisa menyukai saat diperlakukan kasar seperti
ini.
"Ya Budi, puaskan aku, beri aku apa yang tak dapat
diberikan suamiku, kamu tahu betapa senangnya
aku saat kamu melakukannya sayang!"
Lelaki ini semakin menarik rambutnya dengan keras
dan juga menarik payudaranya ke samping hingga
kupikir puting susunya akan terkoyak karenanya,
tapi dari bibirnya malah keluar jeritan memohon
lagi. Aku harap aku dapat menikmati hal ini dan
dapat bergabung dengan mereka, tapi aku tak bisa.
Budi, itu nama lelaki ini yang kudengar disebutkan
istriku, mengatakan padanya bahwa dia akan
meraih orgasmenya, dan dia menarik keluar batang
penisnya dari lubang anus istriku. Istriku memutar
tubuhnya dengan cepat dan menaruh batang
penisnya yang masih berlumuran cairan dari
lubang anusnya sendiri itu ke dalam mulutnya,
mulut yang sama yang aku suka menciumnya
selama 8 tahun terakhir ini, 10 tahun jika kuhitung
sejak kami pertama berkencan sewaktu kuliah dulu.
Hampir saja aku muntah begitu dia menelan penis
kotornya itu ke dalam mulutnya dan menghisap
spermanya begitu lelaki ini menyemburkan
spermanya dengan hebat hingga tumpah sampai
ke dagunya.
"Benar begitu penghisap penisku, hisap terus jalang,
telan spermaku pelacurku."
Ingin rasanya kubunuh lelaki itu, bagaimana
mungkin dia bisa memanggil wanita secantik ini
dengan sebutan kotor begitu. Bagaimana bisa istriku
membiarkannya memanggilnya dengan sebutan
itu. Seperti seorang bodoh saja saat aku melihat dan
mendengarkan aksi mereka saat istriku
menyelesaikan hisapannya pada batang penis lelaki
ini.
Dengan kasar dia menarik wajah istriku mendekat
padanya untuk mencium bibirnya yang penuh.
Memasukkan lidahnya ke dalam mulutnya saat
istriku dengan senang menghisapnya. Tangan lelaki
itu berada pada bongkahan pantat istriku, menekan
tubuhnya agar merapat saat mereka berciuman
layaknya sepasang remaja yang sedang dimabuk
cinta.
Akhirnya aku baru bisa bergerak, dan aku berbalik
lalu melangkah ke ruang keluarga kami, duduk di
atas sofa sambil memegangi kepalaku, kedua sikuku
bertumpu pada paha. Air mata meleleh membasahi
wajahku mengingat segala peristiwa mengejutkan
yang baru saja kusaksikan. Memikirkan tentang
bagaimana dan apa yang membuat Erni melakukan
perbuatan terkutuk ini padaku. Aku selalu
memperlakukannya dengan penuh cinta dan kasih
sayang, kami mempunyai kehidupan seks yang
indah, setidaknya itu menurutku. Aku selalu
melihatnya mendapatkan orgasme setiap kali kami
bercinta.
Dia tak pernah menuntut padaku bahwa dia
menginginkan lagi dan aku pasti akan
memenuhinya. Apa yang membuatnya melakukan
ini. Aku pikir aku akan melihat mereka keluar dari
dalam kamar sebentar lagi, tapi aku salah. Aku tak
ingin melihat apa yang mereka lakukan, tapi ada
sesuatu dari dalam diriku yang mendorongku untuk
kembali ke kamar itu. Saat aku kembali mengintip
dari balik pintu, kedua kaki istriku berada di bahu
lelaki ini dan dia sekarang sedang menyetubuhi
vaginanya, lubang yang sama dimana kudapatkan
kenikmatan selama 10 tahun. Tak dapat kupercaya
pendengaranku akan kata-kata hina yang keluar dari
mulut manis istriku.
"Oh ya, puaskan aku dengan penismu, isi mulutku
lagi dengan spermamu. Lebih keras Budi, berikan
yang aku mau, lebih keras lagi bangsat!!" Belum
pernah kudengar dia berkata seperti ini sebelumnya.
"Ya jalang, milik siapa vagina lezat ini?"
"Oh milikmu Budi, semuanya milikmu sayang."
Setiap kata yang terucap seakan sebilah belati yang
menghunjam ke hatiku, merobeknya menjadi
berkeping-keping seiring pinggul istriku bergoyang
mengiringi hentakan lelaki ini dengan gairah yang
belum pernah kulihat darinya. Sebuah pemikiran
melintas dalam benakku, aku senang, senang
karena sampai dengan saat ini kami belum
mempunyai seorang anak yang akan menemukan
bahwa ibunya adalah seorang pelacur!
"Siapa yang dapat memuaskanmu, siapa yang
mampu memenuhi keinginanmu?"
"Kamu Budi, hanya kamu yang bisa memberiku!"
Apa yang harus kulakukan, pergi, tetap di sini,
melabrak mereka, atau hanya menghajar lelaki ini?
Tak kulakukan apa pun, selain hanya melihat.
Mungkin jika aku lebih dari seorang pria, atau
setidaknya lebih dari seorang pria yang tega, aku
akan melakukan sesuatu daripada hanya berdiri saja
di sini. Seharusnya kulabrak mereka, menghajar
mereka berdua, atau apa pun, tapi aku hanya
menyaksikan perbuatan mereka dengan hati yang
hancur berkeping-keping.
Nafsu istriku begitu besar dan lelaki itu
memuaskannya, mereka bersetubuh seperti
sepasang binatang di atas ranjang cinta kami. Bed
covernya sudah sangat kusut seperti kedua pakaian
mereka yang tercampak di lantai dalam pergulatan
birahi mereka berdua. Kusaksikan batang penisnya
yang keras ditarik hampir keluar seluruhnya dan
dilesakkannya kembali dengan hentakan yang
mampu membuat pinggul istriku terangkat dengan
kedua pahanya yang terpentang lebar untuk
menerima seluruh batang keras milik lelaki itu ke
dalam vaginanya.
"Puaskan aku sayang, berikan penismu padaku.
Jangan coba berhenti, jangan pernah berhenti!"
Kembali mereka berciuman dengan begitu
bernafsu. Pinggul mereka saling menghantam
berulang kali. Mereka tak menyadari kehadiranku di
belakang mereka yang sebenarnya bahkan hanya
dengan menolehkan kepalanya saja mereka akan
dapat melihatku yang sedang berdiri mengintip dari
balik pintu. Tapi mereka sedang sibuk dengan
kegiatannya yang lebih penting sekarang, pendakian
untuk sebuah orgasme lagi.
Sudah cukup apa yang kusaksikan, lebih dari apa
yang ingin kulihat. Aku bebalik dan keluar dari
rumah. Kukendarai mobil di bawah sinar mentari
yang cerah sampai mataku terbakar, dari sinar
mentari dan dari air mata. Kejadian yang baru saja
kusaksikan berputar dalam benakku.
Aku berhenti pada sebuah kafe dan memesan
segelas minuman yang paling keras. Kutatap jam di
dinding hingga jarum jam menunjukkan pukul 7
malam, kembali ke mobilku dan pulang ke rumah
kami, jika masih bisa disebut rumah kami sekarang.
Baru saja aku masuk ke dalam, aku langsung
bertemu dengan Erni, dia hendak mencium bibirku,
tapi kulengoskan mukaku.
"Ada yang salah, sayang?" tanyanya.
"Nggak, hanya capai saja!"
Kami melangkah ke meja makan dan saling
berbincang sebentar, aku lebih pendiam daripada
biasanya, dan dia berlagak seolah tak ada apa pun
yang terjadi hari ini. Kuselesaikan makan malamku
dan beranjak untuk mandi, berharap aku mampu
mencuci ingatan mengerikan tentang istriku yang
berselingkuh dengan lelaki lain dari benakku, tapi itu
tak terjadi.
Aku naik ke pembaringan, tak dapat tidur dengan
nyenyak karena ingatan akan istriku yang
bertingkah seperti seorang pelacur yang haus akan
batang penis sedang memuaskan lelaki bangsat
yang bernama Budi. Memberinya apa yang
seharusnya hanya untukku. Rasanya jarum jam tak
akan pernah beranjak ke pukul 6 pagi agar aku
dapat pergi dari sini dan merenung.
*****
Hari ini seakan berlalu dengan sangat lambat,
akhirnya jam 11 siang tiba. Kukendarai mobilku dan
kembali ke rumah. Kembali kulihat mobil Budi
terparkir di depan rumah. Kemarahanku sekarang
sudah melampaui batasnya. Dengan tergesa aku
mesuk ke dalam rumah dan menemukan mereka
berdua sedang bergulat di atas ranjang kami lagi.
Dengan marah kuteriakkan padanya agar menjauh
dari istriku dan mengusirnya keluar dari rumahku.
Budi hanya tertawa dan dengan batang penis yang
masih berlumuran dengan cairan istriku, dia
mengenakan pakaiannya, sedangkan Erni berusaha
untuk menjelaskan semuanya. Tak ada satu pun
kata-kata yang ingin kudengar dari mulutnya.
Setelah Budi pergi, kemudian Erni menemuiku di
meja makan.
"Erni, kenapa kamu lakukan semua ini? Apa yang
terjadi?"
"Penyebabnya kamu! Kamu nggak pernah ada,
kamu nggak pernah memperhatikanku,
mengajakku keluar. Yang kamu lakukan hanya
kerja, kerja, kerja! Persetan dengan semua itu. Aku
menginginkan lebih dari itu dan Budi memberinya."
"Aku dapat memberimu lebih Erni, Aku akan
memaafkanmu jika kamu menghentikan semua
kegilaan ini. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu!" Dia
memandang tajam ke arahku.
"Kamu boleh berkata sesukamu, aku tidak peduli.
Kenyataannya kamu membuatku muak, kamu
bukan seorang lelaki. Seorang lelaki akan
membunuh pria yang berselingkuh dengan istrinya,
tetapi kamu bahkan tak melakukan apa-apa. Kamu
pecundang!"
"Tolong jangan lakukan ini Erni, kamu tahu betapa
aku mencintaimu."
"Persetan dengan kamu!" dia meneriakiku, lalu
menelepon Budi.
"Budi, jemput aku, sekarang juga!" dan
membanting teleponnya.
Dia masuk ke dalam kamar dan tak lama kemudian
keluar dengan membawa koper, lalu pergi untuk
menunggu jemputan Budi. Lelaki bangsat ini datang
tak lama berselang..
E N D


Adult | GO HOME | Exit
1/788
U-ON

inc Powered by Xtgem.com